JAKARTA, KOMPAS.com — Masalah gigi berlubang masih
banyak dikeluhkan, baik oleh anak-anak maupun dewasa. Gigi berlubang ini
tidak bisa dibiarkan hingga parah karena akan memengaruhi kualitas
hidup yang dalam hal ini membuat mereka memiliki risiko tinggi untuk
dirawat di rumah sakit, menyebabkan biaya pengobatan tinggi dan
berkurangnya waktu belajar di sekolah.
Di Indonesia, sakit gigi
mengakibatkan seseorang kehilangan waktu kerja atau sekolah rata-rata
empat hari setiap bulannya. Untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya
merawat kesehatan gigi dan mulut, Persatuan Dokter Gigi Indonesia
(PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia yang didukung PT
Unilever Indonesia, Tbk, melalui brand Pepsodent, menggelar
rangkaian Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) di 15 fakultas kedokteran
gigi-RS Gigi dan Mulut di 11 kota, pada 12 September-7 November 2012,
dan dilanjutkan ke 10 kota PDGI cabang di Indonesia.
Dari hasil
BKGN 2011 di 14 FKG dan 7 PDGI Cabang, sekitar 94 persen pengunjung
mengalami permasalahan gigi, terlihat dari jumlah tindakan perawatan
gigi yang diberikan. "Sebagian besar pasien adalah anak-anak. Hal ini
sangat disayangkan karena selain bisa mengakibatkan rasa sakit, gangguan
penyerapan makanan, menyebabkan penyakit di bagian tubuh lain, gigi
berlubang yang tidak diobati akan memberikan dampak fisik dan psikologis
selama masa pertumbuhan anak termasuk dalam berpenampilan, cara
berbicara, dan bersosialisasi," kata Drg. Ratu Mirah Afifah GCClindent,
Professional Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk,
di Jakarta, Senin (1/10/2012).
Drg. Henny Krishnawati, selaku
Dekan FKG Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) mengatakan, masih
tingginya angka permasalahan gigi baik secara nasional maupun dari
kegiatan BKGN di universitas kami sendiri menunjukkan bahwa kesadaran
masyarakat akan kesehatan gigi masih rendah. "Hal ini sudah seharusnya
menjadi wacana berbagai pihak dan kami berharap Universitas Prof. Dr.
Moestopo (Beragama) melalui kerja sama di BKGN dapat memberikan
kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan kualitas kesehatan gigi
dan mulut masyarakat," jelas Henny.
Di DKI Jakarta, kesadaran
masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi dan mulutnya masih perlu
ditingkatkan. Dari data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007,
menunjukkan sebesar 68,1 persen penduduk DKI Jakarta mempunyai
pengalaman karies dengan indeks gigi berlubang 3,66. Adapun dari hasil
BKGN 2011 di FKG Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sebanyak 81
persen dari 2.114 pengunjung masih memiliki permasalahan gigi.
Editor :
Tjahja Gunawan Diredja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar